Sabtu, 03 Maret 2012

Dunia Reptil (Buaya)

Permisi sobat blogger, setelah belajar mengenai Dunia Falconry sekarang kita beranjak ke Dunia Reptil. Nah ada banyak jenis reptil di dunia, salah satu yang akan saya angkat adalah Buaya. Berikut keterangannya.

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.


Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.

Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); baya atau bajul (Jw.; bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.


Biologi dan perilaku

Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi gastralia. Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.

Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²) bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang cuma 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.






Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu. Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung cerek ini biasa memakan hewan-hewan parasit yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan si cerek masuk membersihkannya.

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secara genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang.

Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya semula (homing instinct).Tiga ekor buaya yang ganas di Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400 km, dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.





Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih erat dengan burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan reptil umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan kelompok pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria (='reptil yang menguasai'

Umur
Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun. Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun. Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia pada usia sekitar 115 tahun.

Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.

Ukuran
Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.

Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia. Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.


Dua catatan lain yang terpercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di Sungai Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan. Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.

Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor blasteran buaya muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ใหญ่, berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.


Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Pebruari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut, ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 70–80 tahun.


Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m. Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu. Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.

Taksonomi dan penyebaran
Buaya moncong-ramping, Crocodylus cataphractus
Buaya moncong-ramping, Crocodylus cataphractus
Buaya Amerika pada La Manzanilla, Jalisco, Mexico
Buaya Amerika pada La Manzanilla, Jalisco, Mexico

Kebanyakan buaya tergolong ke dalam marga Crocodylus. Dua marga lain yang masih hidup anggota suku Crocodylia ini adalah Osteolaemus dan Tomistoma, masing-masingnya bersifat monotipik.

* Suku Crocodylidae
o Anak suku Mekosuchinae (punah)
o Anak suku Crocodylinae
+ Marga Euthecodon (punah)
+ Marga Rimasuchus (punah, sebelumnya Crocodylus lloydi)
+ Marga Osteolaemus
# Buaya kerdil, Osteolaemus tetraspis (para ahli berbeda pendapat apakah spesies ini sebetulnya terdiri dari dua spesies. Kebanyakan berpandangan bahwa buaya kerdil adalah satu spesies dengan dua anak jenis (subspesies): O. tetraspis tetraspis & O. t. osborni)
+ Marga Crocodylus
# Crocodylus acutus, buaya Amerika
# Crocodylus cataphractus, Buaya moncong-ramping (kajian DNA terbaru menyarankan bahwa spesies ini mungkin lebih tepat digolongkan ke dalam marga tersendiri, Mecistops)
# Crocodylus intermedius , buaya Orinoco
# Crocodylus johnsoni, buaya air-tawar Australia
# Crocodylus mindorensis, buaya Filipina
# Crocodylus moreletii , buaya Meksiko
# Crocodylus niloticus, buaya Nil atau buaya Afrika (anak jenis Madagaskar terkadang dinamai buaya hitam)
# Crocodylus novaeguineae, buaya Irian
# Crocodylus palustris, buaya India atau buaya rawa
# Crocodylus porosus , buaya muara
# Crocodylus rhombifer , buaya Kuba
# Crocodylus siamensis, buaya Siam atau buaya air-tawar Asia
o Anak suku Tomistominae (kajian terbaru mendapatkan bahwa kelompok ini sesungguhnya lebih dekat berkerabat dengan gavial, suku Gavialidae)
+ Marga Kentisuchus (punah)
+ Marga Gavialosuchus (punah)
+ Marga Paratomistoma (punah)
+ Marga Thecachampsa (punah)
+ Marga Rhamphosuchus (punah)
+ Marga Tomistoma
# Tomistoma schlegelii, buaya senyulong atau gavial Malaya
# Tomistoma lusitanica (punah)
# Tomistoma cairense (punah)
# Tomistoma machikanense (punah, spesies kala Pleistosen dari Jepang)

[sunting] Buaya di Indonesia

Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies) buaya yang ditemukan di Indonesia[10], yakni:

* Buaya Mindoro atau buaya Filipina (Crocodylus mindorensis)
* Buaya Irian (C. novaeguineae)
* Buaya muara (C. porosus)
* Buaya Kalimantan (C. raninus)
* Buaya air tawar atau buaya Siam (C. siamensis)
* Buaya Sahul (Crocodylus sp.nov.), dan
* Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)

Keberadaan buaya Mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan tenggara) baru dilaporkan semenjak 1996. Buaya Kalimantan (diketahui dari Kalimantan Barat dan Selatan) statusnya masih diperdebatkan, mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya dengan buaya air tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya. Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik dengan buaya Irian. Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan Papua, sementara buaya Irian di sebelah utara pegunungan tengah.


Kerabat dekat

Aligator dan kaiman (caiman atau cayman) adalah kerabat dekat buaya yang termasuk suku Alligatoridae. Aligator memiliki tubuh mirip buaya, yang terkadang dikelirukan satu sama lain. Bedanya, aligator memiliki moncong yang cenderung lebar ujungnya, bentuk huruf U apabila dilihat dari atas; sedangkan buaya bermoncong lebih sempit meruncing, bentuk huruf V. Gigi ke-4 di rahang bawah buaya berukuran besar dan muncul di sisi luar rahang atas manakala moncongnya terkatup. Gigi-gigi rahang bawah aligator tersembunyi oleh bibir atasnya manakala moncongnya terkatup.


Gavial alias buaya julung-julung adalah jenis buaya lain lagi yang tergolong suku Gavialidae. Buaya ini memiliki tubuh yang gemuk, namun dengan moncong yang panjang dan kurus, bukan tak mirip dengan kepala ikan julung-julung. Buaya ini juga disebut buaya ikan, karena memang makanan utamanya adalah ikan. Selain itu gavial juga hampir sepenuhnya akuatik, dan hanya sesekali naik ke darat untuk berjemur. Crocodylidae, Alligatoridae dan Gavialidae tergolong ke dalam bangsa (ordo) Crocodilia.


Beberapa kerabat buaya yang telah punah, anggota kelompok yang lebih besar lagi, yakni Crocodylomorpha, adalah bersifat herbivora.

Buaya dan manusia

Serangan buaya





Jenis-jenis buaya bertubuh besar dapat sangat berbahaya bagi manusia. Buaya muara dan buaya Nil adalah yang paling berbahaya, membunuh ratusan orang tiap tahun di pelbagai daerah di Asia Tenggara dan Afrika. Buaya rawa dan mungkin pula kaiman hitam yang terancam punah, juga amat berbahaya. Aligator Amerika kurang agresif dan jarang menyerang manusia apabila tak diganggu.

Peristiwa serangan buaya yang paling banyak memakan jiwa kemungkinan adalah yang terjadi di Burma, 19 Pebruari 1945, semasa Perang Pulau Ramree. Sejumlah 900 orang tentara Kekaisaran Jepang, dalam upayanya untuk mundur dan bergabung dengan dengan pasukan infantri yang lebih besar, telah menyeberangi rawa-rawa bakau sepanjang 10 mil yang dihuni buaya-buaya muara. Dua puluh tentara akhirnya tertawan hidup-hidup oleh pasukan Inggris, dan hampir 500 orang lagi diketahui telah melarikan diri dari Pulau Ramree. Banyak tentara selebihnya yang tewas dimangsa oleh buaya, meskipun senjata tentara Inggris pun tak pelak lagi turut berperan menewaskan pasukan yang malang itu. Di samping nyamuk, buaya tercatat sebagai hewan yang paling banyak menyebabkan kematian di tahun 2001. 

Kulit buaya
Dompet kulit buaya, produk dari Bangkok Crocodile Farm
Dompet kulit buaya, produk dari Bangkok Crocodile Farm

Meskipun buaya hidup ditakuti orang, namun produk-produk dari kulitnya banyak disukai dan berharga mahal. Kulit buaya diolah untuk dijadikan aneka barang kerajinan kulit seperti dompet, tas, topi, ikat pinggang, sepatu dan lain-lain. Indonesia mengekspor cukup banyak kulit buaya, sekitar 15.228 potong di tahun 2002, dengan negara-negara tujuan ekspor di antaranya ke Singapura, Jepang, Korea, Italia, dan beberapa negara lainnya. Empat perlimanya adalah dari kulit buaya Irian, dan sekitar 90% di antaranya dihasilkan dari penangkaran buaya.


Daging buaya juga dimakan di beberapa negara seperti di Australia, Etiopia, Thailand, Afrika Selatan, Kuba, dan juga di sebagian tempat di Indonesia dan Amerika Serikat.

Konservasi

Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan, banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam status dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis (buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong) telah dilindungi oleh undang-undang.
Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam, mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di penangkaran.

Sekian mengenai Dunia Reptil (Buaya) yang bisa saya bagikan kepada sobat blogger, semoga menambah wawasan sobat blooger mengenai hewan yang dipercaya satu satunya yang masih hidup sejak jaman purba.

Minggu, 18 September 2011

Dunia Falconry

Hai sobat blogger, mau bantu share tentang dunia falconry nih. Falconry adalah olahraga yang bisa dibilang ekstrim, dan di Indonesia sendiri kegiatan Falconry ini masih ilegal. Sedangkan diluar negeri Falconry adalah sebuah olahraga dan seni. Blog ini sengaja di tunjukkan untuk para sobat blogger yang mengagumi Raja Angkasa ini. Di Indonesia banyak yang menyebut jenis-jenis BoP sebagai alap-alap, elang, garuda, rajawali, dares, dan sebagainya. Pada dasarnya semua itu sama saja.

Falconry sendiri adalah sebuah teknik atau trik untuk melatih Birds of Prey (BoP) alias burung pemangsa. Sedangkan Falconer adalah orang yang melakukan falconry atau orang yang menjadikan BoP sebagai partnernya. Perlu di ingat sobat blogger, BoP itu bukan peliharaan! Mereka bukan hewan pliharaan seperti kucing atau anjing yang sering orang pelihara dirumah. Karena pada dasarnya, BoP adalah hewan liar, buas, pemakan daging, karena mereka hewan liar bisa saja sewaktu-waktu menyerang pemiliknya.

Di Indonesia banyak di temui komunitas-komunitas falconry seperti Indonesia Falconry (IF), komunitas resmi seperti Raptor Club Indonesia (RCI) dan masih banyak lagi komunitas-komunitas lainnya.

Komunitas Falconry di Indonesia semuanya mempunyai misi dan visi yang relatif sama, yaitu melatih BoP untuk siap menjalani kehidupan di alam liar. Karena BoP yang sudah dipelihara sejak kecil tanpa dilatih untuk menangkap mangsanya sendiri maka saat BoP itu dewasa akan menjadi seperti hewan peliharaan pada umumnya, bukan hewan pemangsa lagi. BoP yang dijadikan hewan peliharaan dirumah tanpa dilatih, biasanya akan menganggap majikannya adalah sumber makanan bagi BoP itu sendiri dengan arti naluri sebagai burung pemangsa yang notabene adalah hewan di puncak rantai makanan akan hilang (food bagging).

Tahap-tahap yang perlu dicatat untuk melatih BoP, antara lain:


  • FoF (Feed on Fist) : Memberi makan BoP di atas tangan. Posisi BoP bertengger pada sarung tangan dan makanan dipegang di sarung tangan.
  • JTTF (Jump To The Fist) : Memberikan makan BoP dengan cara memancing BoP untuk loncat ke tangan. Sama seperti FTTF hanya jaraknya lebih pendek, tidak cukup untuk BoP terbang, hanya cukup untuk BoP meloncat.
  • FTTF (Flaying To The Fist) : Memberi makan BoP dengan cara memancing BoP untuk terbang ke tangan.
  • FF (Free Fly) : Keadaan BoP sudah tidak dipasang leash/creance lagi sewaktu pelatihan. Pada tahap ini BoP tidak akan kabur/escape dan sudah terbentuk ikatan antara falconer dengan BoP nya.



BoP sendiri punya keluarga seperti Falconifromes/Acipitiformes yang lain Include Falcon, Hawk dan juga beberapa Diurnal Birds of Prey lainnya. Dengan adanya blog ini semoga sobat blogger bisa mulai menghargai mereka dan juga menjaga kelestarian hidup mereka sebagai warisan Hayati negara kita. 

  • Eagle
Elang merupakan hewan tangguh yang berasal dari keluarga Accipitridae. Mereka mempunyai badan yang besar dan juga cakar yang kuat dan paruh dan kepala yang besar. Spesies Elang tersebar di segala belahan dunia ada sekitar 60 spesies dari Eurasia dan Afrika. Mempunyai sayap yang panjang dan juga besar dan cara terbang yang cepat. Mempunyai mata yang tajam yang dapat mendeteksi keberadaan mangsa mereka dari jarak yang sangat jauh. Elang mendirikan sarang mereka di pohon yang tinggi atau tebing yang tinggi.


  • Falcon

Biasa juga di sebut alap alap di Indonesia. Burung pemangsa yang satu ini mempunyai skill terbang yang sangat cepat sayap yang aerodinamis mata yang di lengkapi lapisan khusus yang melindungi dari kecepatan angin yang menggangu mereka saat mereka mengejar mangsanya. Alap-alap berbeda dengan Elang, mereka mempunyai ukuran yang lebih kecil. Alap alap biasa di jumpai di tebing tebing. Peregrine Falcon ( Falco Peregrinus Ernesti) adalah spesies yang tersebar di seluruh dunia dengan kecepatan melebihi 320km/h. Alap-alap berburu burung, serangga, bahkan mamalia. Spesies terbesar adalah Gyrfalcon.


  • Hawk

Hawk di indonesia pun mereka di sebut sebagai "Elang". Sama seperti Elang mereka juga mempunyai ciri khas yang serupa tapi mereka berukuran lebih kecil dari segi sayap maupun badan. Hawk meliputi keluarga Accipiter juga yaitu yang terdiri dari Goshawk dan juga beberapa Accipiter lainnya. Di Indonesia kita bisa jumpai Hawk adalah CHE (Changeble Hawk Eagle), JHE (Javanicus Hawk Eagle), dll.

  • Accipiter
Jenis Accipiter merupakan jenis yang berasal dari Falconiformes juga. Jenis Accipiter bnyk di jumpai dengan nama Goshawk maupun Sparrowhawk. Jenis ini mempunyai skill yang sangat mengesankan. Cara berburu mereka yang sangat buas mampu menerobos pohon pohon dan memangsa mangsa mereka tanpa ampun. Mampu membunuh mangsa yang lebih berat darinya dan tentu lebih besar. Cara berburu yang sangat gesit kadangkala dapat menciderai badannya karena terlalu fokus terhadap mangsanya.


Berikut adalah beberapa jenis BoP yang umum terdapat di Indonesia:


1. Keluarga alap-alap, falcon dan elang:
  • Kestrel

  • Crested Goshawk (CG)


















  • Falco Peregrinus Ernesti

































  • Brahminy Kite (BK)

































  • Rush Bellied Eagle (RBE)


  • Crested Serpent Eagle (CSE)


  • White Bellied Sea Eagle (WBSE)


  • Javan Hawk Eagle (JHE)


  • Changeable Hawk Eagle (CHE)
- Light Morph (fase terang)

- Dark Morph (fase gelap)

- Pale Morph (fase peralihan)



2. Keluarga burung hantu (owl)
  • Celepuk


  • Javan Owlet

  • Bay Owl

  • Barn Owl


  • Strix Seloputo

  • Buffy Fish-Owl (Ketupa-Ketupu)

  • Bubo Sumatranus

Oiya sobat blogger, BoP itu bukan dikandangin lho, mereka bukan burung kicau. Tempat yang cocok untuk BoP adalah dengan ditaruh di Perch. Perch sendiri ada berbagai macam jenisnya, tergantung BoP nya juga sobat blogger. Berikut contoh equipment untuk BoP mulai dari tali sampai Perch.

Equipment for Birds of Prey:
  • Anklet - Jesse


Anklet - Jesse adalah semacam tali yang di ikat pada kaki BoP, bahan anklet - jesse bisa terbuat dari bahan kulit ataupun tali perusik. Berguna agar BoP tidak lepas atau kabur ditempat yang tidak di inginkan. Anklet-Jesse dipasang pada kaki BoP, sebaiknya tidak terlalu mepet dengan kaki BoP ataupun tidak terlalu longgar, cukup diberikan celah minimal 5mm, atau disesuaikan dengan kaki BoP.

  • Hood

Hood adalah penutup kepala untuk BoP, hood tidak disarankan untuk semua jenis Owl. Terbuat dari bahan kulit, dan berguna sebagai penutup kepala agar BoP tenang. Biasa dipakai pada saat BoP dalam perjalanan atau dibawa ke perjalanan.

  • Glove


Glove adalah sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit yang tebal. Glove falconry hanya dipakai di tangan sebelah kiri saja. Berguna untuk melindungi tangan falconer dari kuku tajam BoP. Panjang Glove berbeda-beda, untuk jenis Eagle, Hawk dan Owl panjang Glove rata-rata 14 inch, sedangkan Glove untuk Falcon panjangnya hanya 8 sampai 12 inch.

  • Leash
Leash digunakan untuk mengikat BoP ke Perch. Terdapat berbagai macam jenis tali yang di jual di pasaran. Biasa terbuat dari tali perusik, banyak dijual di Toko OutDoor.

  • Whistle


Whistle adalah peluit yang berguna sebagai isyarat atau sinyal untuk memanggil BoP, ini sangat berguna waktu BoP dalam tahap Training. Ada berbagai bentuk Whistle yang di jual di Toko Olahraga.

  • Swivel


Swivel adalah salah satu Equipment standart untuk mencegah terbelitnya jesse dan leash. Banyak contoh kasus BoP mati akibat terjerat leash dan jesse yang terbelit akibat tidak menggunakan Swivel. Ada berbagai macam jenis dan ukuran Swivel, sebaiknya disesuaikan dengan ukuran tubuh BoP.

  • Equipment Bag

Equipment Bag adalah tempat untuk menaruh peralatan keperluan BoP, bisa juga sebagai Tidbits Bag yaitu untuk menaruh makanan BoP. Kebanyakan dibuat dari bahan dasar Kulit.

  • Lure


Lure adalah instrumen untuk memancing BoP. Terbentuk menyerupai burung kecil dan diikatkan daging pada Lure agar BoP mengira seperti burung sungguhan. Cara melakukan tekhnik ini adalah dengan cara Lure di ikat pada tali yang panjang, lalu diputar-putar agar saat BoP melihat Lure seperti burung yang sedang terbang. Untuk mencapai tahap ini, BoP harus sudang mencapai tahap FF (Free Fly). Tekhnik ini tidak disarankan untuk semua jenis Owl.

  • Perch (Tangkringan)
Ada 2 macam Perch, yaitu Bow Perch dan Block Perch:
- Bow Perch

- Block Perch



Bow Perch maupun Block Perch adalah alas untuk bertenggernya BoP. Untuk Bow Perch biasa dipakai untuk semua jenis Ealgle dan Hawk. Akan tetapi ada sebagian jenis Owl juga disarankan untuk memakai Bow Perch. Sedangkan Block Perch biasa dipakai untuk semua jenis Falcon dan Owl.

Mungkin cukup sampai disini dulu, semoga berguna untuk sobat blogger yang ingin masuk dalam dunia Falconry. Ingat, semua jenis Birds of Prey itu di lindungi, karena populasi mereka sangat terancam. Masih banyak perburuan dan jual beli di Indonesia. Kecuali untuk jenis Owl, hanya sebagian Owl yang di lindungi. Berani memelihara BoP berarti berani bertanggung jawab atas kehidupan BoP, dan jadilah pemilik BoP yang bertanggung jawab. Terimakasih.